Dusun
Kepuh kulonWirokerten Banguntapan Bantul selama ini dikenal sebagai
salah satu sentra industri kecil emping melinjo yang ada di kabupaten
Bantul Daerah istimewa Yogyakarta. Secara tradisi, masyarakat Kepuh
Kulon mewarisi keahlian memproduksi emping melinjo dari orang tua mereka
terdahulu. Hingga saat ini, puluhan orang masih mempertahankan tradisi
tersebut, baik sebagai pelaku usaha (produsen) ataupun tenaga
produksinya. Kondisi demikian menjadikan Dusun Kepuh Kulon beberapa kali
ditunjuk sebagai perwakilan daerah yang memiliki masyarakat yang
produktif, baik di tingkat desa hingga skala nasional.Tim liputan
bisnisUKM berkesempatan mengunjungi Dusun Kepuh Kulon dan menemui salah
seorang produsen emping melinjo yang masih mempertahankan proses
produksi dengan peralatan tradisional (manual), yaitu Mbah Pujo Utomo.
Selain dikenal sebagai salah seorang produsen emping melinjo, beliau
juga menjadi satu dari beberapa produsen generasi pertama yang masih
bertahan hingga saat ini. Kini, diusianya 70 tahun, Mbah Pujo mewariskan
pengelolaan usaha yang dulu menggunakan brand Pujasari tersebut kepada
Nur Mustofa (35) putranya.
Ditemui di rumahnya, Senin (6/8), Nur Mustofa mengungkapkan alasan masih
digunakannya peralatan manual atau tradisional dalam proses produksi emping melinjo. “Dulu kita pernah mencoba menggunakan mesin, namun
kualitas rasanya malah menurun, sehingga kita kembali lagi menggunakan
peralatan serta perlakuan manual agar kualitas rasanya tetap terjaga,”
jelasnya. Kendati menggunakan peralatan manual, namun pihaknya tidak
khawatir dengan kapasitas produksinya, karena selalu melibatkan tenaga
produksi yang jumlahnya tidak sedikit.
“Kurang lebih 50’an orang, kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang ada di
sekitar sini, setiap hari mereka mengambil bahan baku kemudian
mengolahnya di rumah, dan disetor lagi dalam bentuk emping mentah (belum
digoreng),” terang Nur Mustofa terkait tenaga produksinya. Adapun
emping melinjo yang mereka produksi terbagi menjadi 3 jenis, yang
dibedakan dari jumlah melinjonya, yaitu yang menggunakan 1 buah melinjo
(super), menggunakan 2 buah melinjo, dan menggunakan 3 buah melinjo.
Hasil akhir dari ketiga jenis tersebut dibedakan dari tingkat ketebalan
serta ukuran dari masing-masing emping melinjonya.
Bisnis Membuat Emping Melinjo
Bukan menjadi rahasia lagi jika proses produksi emping melinjo itu
susah-susah gampang. Melinjo yang layak panen (warna kulit merah)
dikupas dari kulitnya kemudian dijemur hingga kering. Biji melinjo
digoreng pasir agar hangat sehingga mudah digerus guna menanggalkan
kulit arinya. Setelah itu, biji melinjo yang putih bersih disangrai
sampai hangat. Tujuannya agar empuk saat ditumbuk/ digepengkan sesuai
bentuk dan ukuran. “Secara umum tidaklah sulit, namun untuk menghasilkan
emping renyah dengan ketebalan yang tipis dibutuhkan ketekunan dan
ketelatenan ekstra,” imbuh Nur Mustofa.
Menurut Nur Mustofa, selama ini emping melinjo super miliknya paling
banyak digemari, karena tekstur tipisnya sehingga renyah ketika
digoreng. “Kalau di sini, yang membuat emping super itu biasanya yang
sudah berpengalaman, plus melinjo yang digunakan juga melinjo terbaik,
yaitu melinjo yang baru dikupas, bukan yang kupasan lama,” tambahnya.
Tidak kurang 500 kg emping melinjo diproduksi Nur Mustofa setiap
harinya. Emping-emping tersebut kemudian dipasarkan melalui
pedagang-pedagang yang selama ini sudah menjadi langganan tetapnya.
Sebagian pedagang mengambil sendiri empingnya di kediaman Nur Mustofa,
dan sebagian lagi dikirimkan langsung ke Pasar Beringharjo.
Berdasarkan penuturan Nur Mustofa, pihaknya memang belum melakukan
pemasaran secara aktif di pasaran. Hal itu dikarenakan masih terbatasnya
kapasitas produksi yang mereka miliki. “Sejujurnya kami ingin jangkauan
pasarnya lebih luas lagi, namun saat ini kami terkendala kapasitas
produksi yang tidak sebanding dengan permintaan pasar, terutama dari
para pedagang, sehingga untuk saat ini kami hanya fokus untuk produksi,”
ujarnya. Sebelumnya, Nur Mustofa mengaku pernah menitipkan emping
melinjonya di beberapa swalayan dengan sistem konsinyasi. Akan tetapi,
proses tersebut tidak berjalan mulus sehingga kini tidak dijalankan
lagi.
Harga yang dipatok Nur Mustofa untuk produk emping melinjo mentahnya
adalah Rp25.000,00 s.d. Rp26.000,00/ kg. Sementara untuk emping melinjo
yang sudah matang (digoreng), mereka menjualnya dengan harga
Rp10.000,00/ 200 gram. “Untuk emping melinjo mentah siap goreng kami
ready stok setiap hari, namun untuk emping yang sudah matang harus pesan
terlebih dahulu, untuk menjaga kerenyahan rasanya,” jelasnya sembari
menutup wawancara pada sore hari itu.
Tim liputan bisnisUKM