Menjadi Tamu Tak Diundang
Menjadi tamu tak diundang – Manusia sudah ditakdirkan memiliki harkat dan
martabat. Harga diri manusia lebih tinggi dari makhluk lainnya. Meskipun
kenyataannya, sang manusia itu sendiri tak mampu menjaga dan memelihara
takdirnya tersebut dengan baik. Jangankan menjaga dan memelihara,
bahkan manusia itu sendiri yang mencoba menyia-nyiakan, merendahkannya.
Disengaja atau tidak, semua itu dilakukan oleh manusia demi tujuan
tertentu. Memenuhi ambisi dan keinginan yang sesungguhnya diboncengi
oleh makhluk lain yang disebut dengan setan.
Bagaimana menjadi tamu tak diundang? Apakah itu tindakan yang
merendahkan harga diri? Eits, tunggu dulu! Tamu yang tak diundang
bagaimana? Nah, berikut ini adalah kisah sekadar ilustrasi saja. Suatu
ketika dalam perjalan menuju kota Padang. Cuaca panas, perut
keroncongan, badan terasa pegal duduk mengendarai motor setelah sekian
puluh kilometer.
Berniat untuk segera istirahat di rumah makan. Namun sebelum sampai,
kebetulan ada pesta perkawinan di pinggir jalan. Ramai sekali
kelihatannya. Sepanjang jalan sekitar lokasi pesta terlihat deretan
mobil bagus. Kayaknya ada mobil pejabat dengan ciri ditandai kendaraan
plat merah.
Saya berhenti diunung lokasi pesta. Berfikir sejenak. Fikir punya piker
timbul ide. Mending makan saja di tempat pesta ini. Kebetulan dalam tas
ada amplop dan pena. Saya segera memarkir motor dan mengisi amplop
dengan sejumlah uang. Berpura-pura menjadi undangan pesta, saya disambut
oleh si penerima tamu dengan ramah. Kemudian dipersilahkan mengambil
hidangan ala franchis dinner.
Sok akrab dengan tamu di sekitar, saya berbasa-basi untuk segera
mencicipi makanan sambil diiringi musik organ tunggal dari artis-artis
pengiring.
Siap makan saya pun tak segan-segan untuk menuju kedua pengantin yang
sedang bersanding di pelaminan. Menyalami dan memberikan ucapan selamat
kepada kedua pengantin. Semua lancar-lancar saja sebagaimana undangan
lainnya. Akhirnya saya pamit untuk pergi.
Di atas motor saya merasa geli dan senyum-senyum sendiri. Saya telah
menjadi tamu tak diundang dan merasa menjadi tamu tak diundang secara
spontan. Datang ke pesta tanpa diundang. Apakah saya telah merendahkan
harga diri saya? Menjatuhkan harkat dan martabat saya di depan orang
banyak?
Sekali-sekali, saya tidak merendahkan harga diri saya. Justru saya telah
memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada kedua pengantin. Doa! Ya, doa
kepada pasangan yang sedang berbahagia, agar hidup rukun dan damai.
Menjadi keluarga sakinah warahmah… Coba, kalau saya tadi makan siang di
rumah makan. Paling banter saya Cuma memberikan sejumlah uang kepada
kasir. Setelah itu pergi!
Dikirim Oleh: | |
Nama Pengirim | Uda Awak |
URL Blog Pengirim | http://uda-go-blog.blogspot.com |
Sumber Artikel | http://uda-go-blog.blogspot.com/2013/05/menjadi-tamu-tak-diundang.html |
Email | awakuda@yahoo.com |