Sekolah Berprestasi vs Tradisi Keilmuan
Biasanya
saat mendengar tentang sekolah berprestasi, ingatan kita akan langsung
tertuju pada sekolah yang lulusannya mampu menembus sekolah favorit di
atasnya, atau sekolah yang lulusannya mampu menembus perguruan tinggi
ternama, atau juga sekolah yang muridnya memenangi berbagai kejuaraan.
Sejajar dan inheren dengan istilah itu adalah anak berprestasi. Atas
nama prestasi itulah kemudian muncul sekolah-sekolah yang mengedepankan
prestasi (baca : pencapaian akademis) dan konsekuensinya sekolah-sekolah
itu biasanya mahal. Kita sebagai orang tua pun dengan rela meroboh
kocek lebih dalam demi pendidikan anak-anak kita tersebut.Masih belum
cukup, kadang-kadang kita bekali anak-anak kita itu dengan berbagai
macam kursus. Kita dorong anak kita untuk menjadi yang terbaik. Tanpa
sadar kita telah memberlakukan sekolah sebagai ajang kompetisi, dan pada
akhirnya kita juga menuntut anak kita untuk menjadi juara dalam
kompetisi itu. Bukankah kita kerap mendorong anak kita menduduki
rangking nomor satu di sekolahnya?
Sekolah kini menjadi ajang untuk mengalahkan orang lain, juga ada
kasta-kasta di dalamnya : kasta anak pandai dan kasta anak bodoh.
Masalahnya ternyata setelah sekian lama dunia pendidikan kita bergelut
dengan sistem dan kasta-kasta ini, tidak ada hasil signifikan darinya.
Mutu pendidikan kita tetap rendah dan para lulusannya tetap tidak bisa
apa-apa.
Tradisi keilmuan berbeda dengan prestasi keilmuan. Prestasi keilmuan
bersifat sesaat. Itulah sebabnya kita kemudian bisa paham, kenapa
seseorang dengan nilai matematika yang bagus ternyata tidak mampu
berpikir logis. Atau seseorang dengan nilai ilmu alam yang tinggi
ternyata tidak mampu memecahkan masalah dengan ilmunya itu. Seseorang
dengan nilai pelajaran sejarah yang tinggi ternyata tidak membuat dia
paham terhadap lingkungan sosialnya, hubungan antar manusia dan antar
bangsa, serta kepekaan kebangsaan dan kemanusiannya. Sementara tradisi
keilmuan bersifat permanen. Seorang anak yang memiliki tradisi keilmuan
tetap akan belajar sepanjang hayatnya. Dia tetap akan belajar dan
mencoba mencari jawaban atas tantangan jamannya. Mereka akan mencari
pencapaian baru sepanjang hidupnya. Mereka akan belajar tidak untuk
sekadar sebuah prestasi, melainkan untuk mengubah diri mereka sendiri.
Untuk berproses menjadi manusia paripurna.
Karena itu penting bagi kita untuk mengembangkan tradisi keilmuan ini.
Tradisi untuk selalu ingin tahu, mempunyai daya eksplorasi tinggi,
berpikir secara runut, berpikir logis, dan seterusnya. Bahwa kemudian
tradisi keilmuan ini diikuti oleh prestasi keilmuan itulah yang kita
harapkan. Tetapi kita ingin prestasi itu dicapai terus-menerus dan
karenanya pencapaian itu mungkin tidak tercatat di ruang-ruang kelas
atau pada lomba-lomba. Prestasi keilmuan mereka akan tercatat dalam
ruang kehidupan mereka. Terpatri dalam masalah-masalah hidup yang mampu
mereka pecahkan dan mereka sumbangkan bagi sesama manusia. (###)
Dikirim Oleh: | |
Nama Pengirim | Karalink Indonesia |
URL Blog Pengirim | http://www.karalinkindonesia.com/ |
Sumber Artikel | http://www.karalinkindonesia.com/2013/05/sekolah-berprestasi-vs-tradisi-keilmuan.html |
Email | karalinkindonesia@gmail.com |